Rabu, 30 Desember 2015

FORT Van der Capellen



Didepan FVdC Batusangkar dua buah meriam moncongnya mengarah kesaya swkan mwnyambut kedatanganku saat hendak memasuki pintu benteng.

Meriam tersebut sdh berusia hampir 2,5 abad, ada tanda tahun pembuatan meriam yaitu 1790, juga ada tulisan VOC lengkap dengan lambangnya yang menyatakan bahwa meriam tersebut dibuat dan didatangkan semasa Vereenigde Oostindische Campagnie yaitu perserikatan perusahaan dagang Hindia Timur yang didirikan oleh kolonialis Belanda pada 20 Maret 1602.

Perserikatan yang beroperasi tahun 1602 hingga 1799 ini memberi dampak yang sangat besar bagi bangsa Indonesia yang sedang terjajah ketika itu, terkenal kejam dan menindas. Jadi kedua meriam tua itu adalah peninggalan VOC, sedangkan bentengnya dibangun tahun 1823.

Kedua meriam kuno itu tidak lagi punya roda seperti beberapa meriam peninggalan Belanda yang dapat dipindah-pindah, tetapi sudah dipasang permanen ke beton berbatu. Menurut cerita masyara­kat sekitar benteng bahwa beberapa puluh tahun lalu meriam tersebut masih dimanfaatkan untuk membuat bunyi letusan sebagai tanda masuknya waktu berbuka puasa Ramadhan dengan memakai mesiu. Kini hanya sebagai pajangan saja yang menghiasi benteng Van der Capellen yang terletak strategis di pusat kota dan pada tempat ketinggian itu.

Benteng Van der Capellen terlet­ak berdekatan dengan gedung Indo Jolito yang dulunya sebagai ke­diaman controleur Belanda untuk wilayah Minangkabau pedalaman dan tidak jauh pula dari bangunan tangsi Belanda di Parak Jua.
Ketiga gedung bersejarah yang termasuk benda cagar budaya ini dibangun mulai tahun 1822 hingga 1824 ketika penguasanya Kolonel Raff dan sewaktu terjadinya Perang Paderi.

#IndonesiaKeren

Salam
#NationalJourney

@didikpare

Tidak ada komentar:

Posting Komentar