Bila kita tiba di Bandara Internasional
Minangkabau (BIM) kemudian melakukan perjalanan kearah Batusangkar
melewati Padang Panjang. Maka kita akan melewati sebuah nagari yang
bernama Batipuh Baruh. Nagari Batipuh Baruh terletak di kaki gunung
Marapi yang berjarak 7 km dari kota surau nagari BatipuhPadang Panjang.
Pada nagari Batipuh Baruh ini terdapatlah sebuah surau tua 4 tingkat.
Surau ini merupakan bangunan Masjid Kuno dengan bahan utama kayu.
Lantainya berupa lantai panggung dan atapnya dari seng. Dindingnya polos
tanpa hiasan (ukiran). Atapnya bersusun emoat tanpa kubah. Atap susun
ketiga merupakan atap gonjong menghadap ke arah mata angin. Pada bagian
dinding segitiga penutup gonjong di keempat sisinya terdapat hiasan
ukuran dinding berupa motif hiasan Minangkabau, Belanda, dan Cina.
Antara atap susun ketiga dan keempat terdapat ruangan yang membentuk
seperti bagian menara. Atap keempat ini merupakan atap teratas dari pada
puncak atasnya terdapat hiasan berbentuk catra seperti pada bagian
puncak.
Sebagaimana namanya, surau terletak di Desa Lubuk Bauk,
Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Lokasinya yang
berada di pinggir Jalan Raya Batusangkar-Padang memudahkan bagi siapa
saja yang ingin melihat atau beribadah di dalamnya. Surau didirikan di
atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang yang berasal dari suku Jambak,
Jurai Nan Ampek Suku.
Dibangun selama lima tahun (1896-1901) oleh
masyarakat Nagari Batipuh Baruh dibawah koordinasi para ninik mamak.
Bangunan surau memiliki corak Koto Piliang yang dapat dilihat dari
susunan atap dan adanya menara.
Pemugaran masjid pernah dilakukan
pada tahun 1984 melalui studi kelayakan oleh Proyek Pemugaran dan
Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Barat. Studi
kelayakan ini berlanjut pemugaran oleh Pemerintah Daerah Setempat pada
tahun anggaran 1992/1993. Sampai sekarang surau masih digunakan sebagai
tempat belajar agama juga sebagai salah satu obyek wisata budaya.
@didikpare
Tidak ada komentar:
Posting Komentar