Kamis, 31 Desember 2015

Tembok China Sliding Car #BackPacker #ChinaTrip #Travellicious

GreatWall China

@didikpare

Padang Trips

Nice Padang

@didikpare

Floating Market #IndonesiaKeren #BackPacker #Travellicious

Pasar Apung Kuin Banjarmasin
@didikpare

China Trips #NiujieMasque #BackPacker #Travellicious #NationalJourney

Masjid Niujie Bejing

Banjarmasin Trips #NationalJourney #Travellicious @didikpare

Banyak tempat yang bisa dikunjungi saat Backpackering ke Banjarmasin.....
Ikuti Perjalanan saya 


JAM GADANG


Batas siang dan malam di bukit tinggi Jam Gandang

Jam Gadang adalah landmark kota Bukittinggi dan provinsi Sumatra Barat di Indonesia. Simbol khas Sumatera Barat ini pun memiliki cerita dan keunikan karena usianya yang sudah puluhan tahun. Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Controleur (Sekretaris Kota).

Simbol khas Bukittinggi dan Sumatera Barat ini memiliki cerita dan keunikan dalam perjalanan sejarahnya. Hal tersebut dapat ditelusuri dari ornamen pada Jam Gadang. Pada masa penjajahan Belanda, ornamen jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Namun saat Belanda kalah dan terjadi pergantian kolonialis di Indonesia kepada Jepang, bagian atas tersebut diganti dengan bentuk klenteng. Lebih jauh lagi ketika masa kemerdekaan, bagian atas klenteng diturunkan diganti gaya atap bagonjong rumah adat Minangkabau.

Dari menara Jam Gadang, para wisatawan bisa melihat panorama kota Bukittinggi yang terdiri dari bukit, lembah dan bangunan berjejer di tengah kota yang sayang untuk dilewatkan.
Saat dibangun biaya seluruhnya mencapai 3.000 Gulden dengan penyesuaian dan renovasi dari waktu ke waktu. Setiap hari ratusan warga berusaha di lokasi Jam Gadang. Ada yang menjadi fotografer amatiran, ada yang berjualan balon, bahkan mencari muatan oto (kendaraan umum) untuk dibawa ke lokasi wisata lainnya di Bukittinggi.

“Jam Gadang ini selalu membawa berkah buat kami yang tiap hari bekerja sebagai tukang foto dan penjual balon di sini. Itu sebabnya jam ini menjadi jam kebesaran warga Minang,” ujar Afrizal, salah seorang tukang potret amatir di sekitar Jam Gadang.

Untuk mencapai lokasi ini, para wisatawan dapat menggunakan jalur darat. Dari kota Padang ke Bukittinggi, perjalanan dapat ditempuh selama lebih kurang 2 jam perjalanan menggunakan angkutan umum. Setelah sampai di kota Bukittinggi, perjalanan bisa dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota ke lokasi Jam Gadang.


Lebih Jauh Tentang Jam Gadang





Angka-angka pada Jam Gadang banyak media mengatakan memiliki keunikan. Angka empat pada angka Romawi biasanya tertulis dengan IV, namun di Jam Gadang tertera dengan IIII.
Sepintas, mungkin tidak ada keanehan pada bangunan jam setinggi 26 meter tersebut. Apalagi jika diperhatikan bentuknya, karena Jam Gadang hanya berwujud bulat dengan diameter 80 sentimeter, di topang basement dasar seukuran 13 x 4 meter, ibarat sebuah tugu atau monumen. Oleh karena ukuran jam yang lain dari kebiasaan ini, maka sangat cocok dengan sebutan Jam Gadang yang berarti jam besar.

Bahkan tidak ada hal yang aneh ketika melihat angka Romawi di Jam Gadang. Tapi coba lebih teliti lagi pada angka Romawi keempat. Terlihat ada sesuatu yang tampaknya menyimpang dari pakem. Mestinya, menulis angka Romawi empat dengan simbol IV. Tapi di Jam Gadang malah dibuat menjadi angka satu yang berjajar empat buah (IIII). Penulisan yang diluar patron angka romawi tersebut hingga saat ini masih diliputi misteri.

Tapi uniknya, keganjilan pada penulisan angka tersebut malah membuat Jam Gadang menjadi lebih “menantang” dan menggugah tanda tanya setiap orang yang (kebetulan) mengetahuinya dan memperhatikannya. Bahkan uniknya lagi, kadang muncul pertanyaan apakah ini sebuah patron lama dan kuno atau kesalahan serta atau atau yang lainnya.

Dari beragam informasi ditengah masyarakat, angka empat aneh tersebut ada yang mengartikan sebagai penunjuk jumlah korban yang menjadi tumbal ketika pembangunan. Atau ada pula yang mengartikan, empat orang tukang pekerja bangunan pembuatan Jam Gadang meninggal setelah jam tersebut selesai.
Jika dikaji apabila terdapat kesalahan membuat angka IV, tentu masih ada kemungkinan dari deretan daftar misteri. Tapi setidaknya hal ini tampaknya perlu dikesampingkan.
Namun yang patut diketahui lagi, mesin Jam Gadang diyakini juga hanya ada dua di dunia. Kembarannya tentu saja yang saat ini terpasang di Big Ben, Inggris. Mesin yang bekerja secara manual tersebut oleh pembuatnya, Forman (seorang bangsawan terkenal) diberi nama Brixlion.

Jam Gadang ini peletakan batu pertamanya dilakukan oleh seorang anak berusia enam tahun, putra pertama Rook Maker yang menjabat controleur Belanda di Bukittinggi ketika
Angka IIII bukanlah sebuah keanehan
Keberadaan angka IIII bukan hanya terdapat di Jam Gadang saja, berikut gambar jam yang memiliki angka IIII bukan IV.
Berdasarkan Wikipedia, sejarah penulisan angka IIII tersebut berdasarkan kepada King Louis XIV (5 September 1638 – 1 September 1715) yang meminta kepada seorang untuk membuat sebuah jam baginya. Pembuat jam memberi nomor pada setiap jam sesuai dengan aturan angka Romawi. Setelah melihat jam yang diberikan kepadanya, Raja tidak setuju dengan penulisan IV sebagai angka “4” dengan alasan ketidakseimbangan visual.

Menurutnya, angka VIII ada di seberang angka IV. Jika ditulis IV, maka ada ketidakseimbangan secara visual dengan VIII yang lebih berat. Oleh karena itu, Louis XIV meminta agar diubah IV menjadi IIII sehingga lebih seimbang dengan VIII yang ada di seberangnya. Selain itu, jika dikaitkan dengan angka XII, maka keseimbangan itu akan lebih baik.

Akan tetap yang menjadi pertanyaannya mengapa Raja yang memerintahkan perubahan itu lebih dikenal dengan Louis XIV daripada Louis XIIII, sesuai dengan permintaannya kepada pembuat jam.

Dari sebuah situs yang berjudulkan “FAQ: Roman IIII vs. IV on Clock Dials” dapat dilihat disana, Seorang yang bernama Milham mengatakan bahwa penjelasan seperti di atas tidak sepenuhnya benar. Menurutnya, penulisan IIII untuk angka “4” telah ada jauh sebelum Louis XIV. Dari wikipedia bahwa penomoran Romawi memang bervariasi dari awalnya. Pada masa awal angka “4” memang ditulis IIII dengan empat huruf I.

Penulisan “4” menjadi IV hanya terjadi di masa modern, yang menunjukkan bahwa “empat adalah kurang satu dari lima”. Manuskrip Forme of Cury (1390) menggunakan IX untuk “9” namun IIII untuk “4”. Sedangkan dokumen lain dari manuskrip yang sama di tahun 1380 menggunakan IX dan IV untuk “9” dan “4”, berturut-turut.
Lebih lanjut, ada manuskrip ketiga yang menggunakan IX untuk “9” dan campuran antara IIII dan IV untuk “4”. Angka “5” juga ditemukan disimbolkan dengan IIIII, IIX untuk “8” dan VV, bukannya X, untuk “10”.

Kesaksian lain dari situs tersebut, Franks, menyatakan bahwa ia tidak pernah melihat jam matahari yang dibuat sebelum abad ke-19 yang menggunakan angka IV, semuanya IIII. Sehingga, para ahli jam heran dengan arsitek masa ini yang membuat jam menara besar-besar menulis “4” dengan IV, bukan IIII. Salah satu yang menggunakan IV, bukan IIII, adalah Big Ben. Jadi, implisit dikatakan bahwa Big Ben telah melanggar konvensi per-jam-an!
Penjelasan lain cukup menarik. Harvey, di situs yang sama, mengatakan bahwa IV adalah singkatan dari dewa Romawi, Jupiter, yang ditulis IVPPITER. Jadi, jika IV diletakkan di dalam jam bangsa Romawi, maka jam itu akan bertuliskan 1, 2, 3, DEWA, 5…

Jika dilihat dari kacamata bangsa Romawi, mungkin mereka tidak ingin nama tuhan mereka ditaruh di jam seperti itu. Namun, kalau dilihat dari kacamata Louis XIV , maka mungkin ia tidak ingin ada nama dewa pagan di permukaan jam. Mana yang benar ? kita tidak tahu.

Masih di situs yang sama, menurut Mialki, alasan penggunaan IIII bukan IV semata-mata masalah teknis. Jika IV yang digunakan, maka pandai besi harus membuat huruf I sebanyak 16 batang, huruf  X sebanyak 4 batang, dan V sebanyak 5 batang. Masalahnya, pada masa itu, pandai besi hanya bisa ekonomis kalau membuat besi dalam kelipatan empat. Jika ditulis IV untuk “4”, maka akan ada satu 3 batang huruf V yang terbuang. Sementara itu, jika “4” ditulis IIII, maka huruf V hanya dibuat empat batang–dengan demikian ekonomis–dan huruf I sebanyak 20 batang–juga ekonomis.

Sekali lagi, mana yang benar dari penjelasan ini ? Belum ada yang pasti. Namun, satu yang kita tahu sekarang adalah bahwa angka IIII di Jam Gadang bukanlah sesuatu yang unik, aneh atau dianggap sebagai misteri yang dikait-kaitkan dengan takhayul. Justru dengan angka IIII itulah menjadikan sebuah bukti bahwa bangsa Eropa (Belanda) memang menjajah kita dulu dan tidak memberi kita barang yang jelek, justru yang bagus yang masih dipergunakan dan dibanggakan hingga sekarang.

@didikpare

Pondok Pesantren Al Aksi


Pondok Pesantren Al Aksi


Berupaya Menyiapkan Generasi Muda untuk mampu berdakwah dengan cara dan gaya masa kini, berdiri tahun 2013 yang mengkhususkan diri untuk mendidik santri2 pilihan yang berasal dari seluruh pelosok negeri melalui jalur seleksi yang dilakukan setiap tahun diberbagai tempat.

Rabu, 30 Desember 2015

Lawang Sewu

Saat perjalanan ke Semarang Jawa Tengah  menyempatkan berkunjung ke Lawang Sewu, Berbekal kamera di HP saya mencoba mengabadikan bangunan tua bergaya belanda yang sangat excotic ini.



Lawang Sewu merupakan sebuah bangunan kuno peninggalan jaman belanda yang dibangun pada 1904. Semula gedung ini untuk kantor pusat perusahaan kereta api (trem) penjajah Belanda atau Nederlandsch Indishe Spoorweg Naatschappij (NIS). Gedung tiga lantai bergaya art deco (1850-1940) ini karya arsitek Belanda ternama, Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag.  Lawang Sewu terletak di sisi timur Tugu Muda, atau di sudut jalan Pandanaran dan jalan Pemuda. 




Disebut Lawang Sewu (Seribu Pintu), ini dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu.



Bangunan utama Lawang Sewu terdiri dari tiga lantai yang memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri bagian. Bila masuk ke bangunan utama akan menemukan tangga besar ke lantai dua. Di antara tangga ada kaca besar menunjukkan gambar dua wanita muda Belanda yang terbuat dari gelas. Semua struktur bangunan, pintu dan jendela mengadaptasi gaya arsitektur Belanda. Dengan segala keeksotisan dan keindahannya Lawang Sewu ini merupakan salah satu tempat yang indah untuk dinikmati terutama bagi penggemar wisata sejarah dan wisata arsitektur.



Lawang Sewu dipugar yang dan selesai pada akhir Juni 2011 dan kembali dibuka untuk umum setelah pada tanggal 5 Juli 2011 diresmikan oleh Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono.  

@didikpare

FORT Van der Capellen



Didepan FVdC Batusangkar dua buah meriam moncongnya mengarah kesaya swkan mwnyambut kedatanganku saat hendak memasuki pintu benteng.

Meriam tersebut sdh berusia hampir 2,5 abad, ada tanda tahun pembuatan meriam yaitu 1790, juga ada tulisan VOC lengkap dengan lambangnya yang menyatakan bahwa meriam tersebut dibuat dan didatangkan semasa Vereenigde Oostindische Campagnie yaitu perserikatan perusahaan dagang Hindia Timur yang didirikan oleh kolonialis Belanda pada 20 Maret 1602.

Perserikatan yang beroperasi tahun 1602 hingga 1799 ini memberi dampak yang sangat besar bagi bangsa Indonesia yang sedang terjajah ketika itu, terkenal kejam dan menindas. Jadi kedua meriam tua itu adalah peninggalan VOC, sedangkan bentengnya dibangun tahun 1823.

Kedua meriam kuno itu tidak lagi punya roda seperti beberapa meriam peninggalan Belanda yang dapat dipindah-pindah, tetapi sudah dipasang permanen ke beton berbatu. Menurut cerita masyara­kat sekitar benteng bahwa beberapa puluh tahun lalu meriam tersebut masih dimanfaatkan untuk membuat bunyi letusan sebagai tanda masuknya waktu berbuka puasa Ramadhan dengan memakai mesiu. Kini hanya sebagai pajangan saja yang menghiasi benteng Van der Capellen yang terletak strategis di pusat kota dan pada tempat ketinggian itu.

Benteng Van der Capellen terlet­ak berdekatan dengan gedung Indo Jolito yang dulunya sebagai ke­diaman controleur Belanda untuk wilayah Minangkabau pedalaman dan tidak jauh pula dari bangunan tangsi Belanda di Parak Jua.
Ketiga gedung bersejarah yang termasuk benda cagar budaya ini dibangun mulai tahun 1822 hingga 1824 ketika penguasanya Kolonel Raff dan sewaktu terjadinya Perang Paderi.

#IndonesiaKeren

Salam
#NationalJourney

@didikpare

Minggu, 27 Desember 2015

Pernikahan Adalah Kebutuhan Pokok Dan Ibadah




‘’Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir’’. (QS. Ar-Rum :21)

Salah satu masalah kemasyarakatan yang mendapat perhatian khusus dari Islam ialah masalah pernikahan yang sangat dianjurkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena pernikahan memiliki hasil yang baik bagi kemaslahatan hidup di dunia dan Akhirat. Di samping itu pernikahan juga memiliki banyak hikmah yang luhur, manfaat yang beragam, dan nilai-nilai yang mulia. Pernikahan merupakan kebutuhan masyarakat untuk membangun kehidupan, membentuk keluarga, menegakkan keutamaan, mengendalikan pandangan, memelihara kemaluan, dan memperbanyak keturunan untuk mempertahankan jenis manusia. Selain itu pernikahan juga merupakan sesuatu yang diperlukan manusia, dibutuhkan oleh fitrah yang normal, dianjurkan oleh agama, dituntut oleh akal sehat dan disukai oleh jiwa yang sehat.

Melalui pernikahan, suku-suku bisa saling mengenal, bangsa-bangsa bisa terbentuk dan populasi umat bertambah banyak. Di dalam pernikahan terkandung ketenangan jiwa, ketenteraman hati dan aneka kenikmatan serta kerjasama dalam memikul beban kehidupan sosial. Dan pernikahan merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan kebijaksanaanNya dan merangsang orang untuk memikirkan keagungan ciptaanNya dan keindahan KaryaNya. 

Masalah pernikahan ini telah berpindah dari persoalan keagamaan, kebutuhan pokok manusia dan ibadah yang agung (bila didasari dengan niat yang ikhlas) kepada problem kemasyarakatan yang mengkhawatirkan. Bukan dari segi pernikahan itu sendiri, melainkan dari segi tambahan-tambahan yang dibuat oleh manusia yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pernikahan, baik dalam tinjauan syar’i maupun akal sehat. Tetapi akibat ulah manusia hal itu menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar. Pernikahan tidak mungkin dilangsungkan tanpa hal itu. Seolah-olah hal itu menjadi tujuan utama dari acara pernikahan. Kejadian ini merupakan akibat dari mengikuti tradisi yang usang, menuruti adat jahiliyah, taklid buta kepada simbol-simbol yang palsu belaka dan mencari kebanggaan hati dengan mengorbankan syari’at yang hanif (lurus), akal yang sehat, dan fitrah yang normal. 

Agama kita telah merumuskan tata cara yang jelas tentang masalah yang penting ini. Islam datang dengan aturan yang memudahkan urusan pernikahan dan menganjurkan agar berhemat dalam menjalankannya. Imam Ahmad dan Al-Baihaqi meriwayatkan dari Aisyah Ra. bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda :  “Wanita (istri) yang paling besar berkahnya ialah yang paling ringan biayanya.” (Imam Ahmad dan Al-Baihaqi ) 

Maka siapa saja yang menyalahi tata cara ini dengan cara menunda-nunda dan mempersulit terjadi pernikahan berarti telah menyalahi tata cara Allah dan Sunnah Rasulullah, baik yang sifatnya qauliyah (ucapan) maupun fi’liyah (perbuatan). Dan seorang muslim yang sejati tidak akan merelakan dirinya berbuat semacam itu.

@didikpare

Masjid Niujie Beijing

Setelah jalan 5 meni dari stasiunTian'amen East sampailah Hotel yg kami tuju Days Inn Forbidden City, stelah Chek Inn dan istirahat , bergegas naik Taxi (22RMB) menuju Masjid Niujie untuk shalat Jum'at, Jam 10.30 sudah tiba di Masjid dan ternyata shalat Jum'at dimulai Jam 13.30 ... dalam kedingingan isi waktu lihat2 keindahan dan membaca sejarah masjid ini sambil Jeprat Jepret

Masjid Niujie adalah masjid paling tua dan bersejarah di Beijing, ibukota negara Republik Rakyat Cina (RRC). Usia masjid ini diperkirakan lebih dari seribu tahun. Masjid terbesar di antara 68 buah masjid di Beijing ini juga menjadi titik awal masuknya Islam di daratan Cina. Arsitekturnya memperlihatkan campuran desain khas Cina dan Islam.

Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Kaisar Tonghe dari Dinasti Liao, tahun 996 Masehi, oleh dua orang berkebangsaan Arab. Menilik dari sejarah berdirinya, masjid ini sudah melintasi enam zaman, dari masa kekuasaan Dinasti Liao, Dinasti Song, Dinasti Yuan, Dinasti Ming, Dinasti Qing hingga era Cina modern saat ini.

Sejak awal berdiri hingga kini, Masjid Niujie telah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan. Di masa pemerintahan Dinasti Ming, bangunan masjid mengalami perbaikan pada tahun 1442. Kemudian diperluas pada tahun 1696, semasa Dinasti Qing berkuasa. Setelah RRC berdiri tahun 1949,  Masjid Niujie telah mengalami tiga kali renovasi, masing-masing di tahun 1955, 1979 dan 1996.

Sebagai masjid tertua dan paling besar di Beijing, tak mengherankan jika masjid ini menjadi pusat komunitas Muslim di kota tersebut yang jumlahnya mencapai 200 ribu jiwa. Masjid ini terletak di kawasan Niujie, Distrik Xuanwu, Beijing. Niujie sendiri dikenal sebagai kawasan padat berpopulasi Muslim terbesar di Beijing. Data terakhir menyebutkan terdapat sekitar 13 ribu warga Muslim yang bermukim di kawasan ini.

Dinamakan Niujie, yang berarti "Jalan Sapi", karena warga di wilayah ini menjual masakan halal, terutama yang menggunakan bahan baku daging sapi. Karenanya tak mengherankan jika kawasan ini dipenuhi oleh restoran-restoran Muslim. Berada di dalam area kompleks seluas kurang lebih 6.000 meter persegi, bangunan Masjid Niujie memperlihatkan campuran dua kebudayaan, Islam dan Cina. Dari luar, arsitektur bangunan menunjukkan pengaruh Cina tradisional, yakni tipikal bangunan istana Cina. Sedangkan di dalam memperlihatkan gaya arsitektur Islam.

Perpaduan dua gaya arsiktektur ini tidak terlepas dari kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan Dinasti Liao. Kekaisaran Liao menerapkan aturan yang melarang komunitas Muslim setempat mendirikan bangunan dengan gaya arsitektur selain arsitektur tradisional Cina, dengan pengecualian bahwa penggunaan kaligrafi Arab tetap diizinkan pada masaa itu.

Gerbang masuk menuju ke dalam kompleks Masjid Niujie berhadapan dengan tembok besar sepanjang kurang lebih 40 meter yang dihiasi marmer berwarna putih. Interior bangunan didekorasi dengan arsitektur khas Cina dan sentuhan desain Arab yang tidak menampilkan figur manusia dan hewan.

Arsitektur khas Dinasti Qing jelas terlihat pada desain ruangan ibadah, yang berupa aula utama yang hanya terbuka bagi pengunjung Muslim. Langit-langit di depan aula utama didekorasi dengan panel persegi, yang pada tiap sudutnya dilukis dengan desain lingkaran berwarna merah, kuning, hijau dan biru. Pola dekorasi ini serupa dengan pola yang digambar di aula utama di Istana Terlarang. Kaligrafi ayat-ayat Alquran dalam aksara Arab dan Cina, lukisan bunga, serta hiasan kaca berwarna menghiasi ruangan ibadah.
Ruangan ini hanya dapat menampung seribu orang jamaah dan terdiri dari tiga buah koridor yang lapang. Di bagian dalam ruangan ibadah ini terdapat 21 buah tiang yang menyangga bagian dalam bangunan. Ruangan ibadah ini dinamakan juga dengan nama Aula Tungku. Di bagian belakang ruangan terdapat paviliun berbentuk heksagonal (segi enam) yang membuat aula ini tampak seperti tungku.

Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti agama yang murni. Diperkirakan ajaran Islam mulai masuk dan berkembang di dataran Cina pada abad ke-5 Masehi. Adalah Khalifah Usman bin Affan yang pada waktu itu menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa misi dagang ke daratan Cina. Bahkan kemudian Sa'ad menetap di Cina hingga beliau meninggal pada tahun 635 M, dan dimakamkan di sana.




@didikpare

SURAU NAGARI BATIPUH


Bila kita tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) kemudian melakukan perjalanan kearah Batusangkar melewati Padang Panjang. Maka kita akan melewati sebuah nagari yang bernama Batipuh Baruh. Nagari Batipuh Baruh terletak di kaki gunung Marapi yang berjarak 7 km dari kota surau nagari BatipuhPadang Panjang. Pada nagari Batipuh Baruh ini terdapatlah sebuah surau tua 4 tingkat.




Surau ini merupakan bangunan Masjid Kuno dengan bahan utama kayu. Lantainya berupa lantai panggung dan atapnya dari seng. Dindingnya polos tanpa hiasan (ukiran). Atapnya bersusun emoat tanpa kubah. Atap susun ketiga merupakan atap gonjong menghadap ke arah mata angin. Pada bagian dinding segitiga penutup gonjong di keempat sisinya terdapat hiasan ukuran dinding berupa motif hiasan Minangkabau, Belanda, dan Cina. Antara atap susun ketiga dan keempat terdapat ruangan yang membentuk seperti bagian menara. Atap keempat ini merupakan atap teratas dari pada puncak atasnya terdapat hiasan berbentuk catra seperti pada bagian puncak.

Sebagaimana namanya, surau terletak di Desa Lubuk Bauk, Kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Lokasinya yang berada di pinggir Jalan Raya Batusangkar-Padang memudahkan bagi siapa saja yang ingin melihat atau beribadah di dalamnya. Surau didirikan di atas tanah wakaf Datuk Bandaro Panjang yang berasal dari suku Jambak, Jurai Nan Ampek Suku. 

Dibangun selama lima tahun (1896-1901) oleh masyarakat Nagari Batipuh Baruh dibawah koordinasi para ninik mamak. Bangunan surau memiliki corak Koto Piliang yang dapat dilihat dari susunan atap dan adanya menara.

Pemugaran masjid pernah dilakukan pada tahun 1984 melalui studi kelayakan oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Barat. Studi kelayakan ini berlanjut pemugaran oleh Pemerintah Daerah Setempat pada tahun anggaran 1992/1993. Sampai sekarang surau masih digunakan sebagai tempat belajar agama juga sebagai salah satu obyek wisata budaya.

@didikpare

PERKAWINAN



''Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi''. (HR. Thabrani dan Hakim).
 
Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual dan selalu menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia yang asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur dan sentral yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini merupakan benteng bagi pertahanan martabat manusia dan nilai-nilai ahlaq yang luhur.  
    
Perkawinan bukanlah persoalan kecil dan sepele, tapi merupakan persoalan penting dan besar. ‘Aqad nikah (perkawinan) adalah sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan suci. sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”. (An-Nisaa’ : 21).   

Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia diciptakan Allah Ta’ala cocok dengan fitrah ini, karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh manusia menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya.Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak menjerumuskan ke lembah hitam. 
                                        .       
Firman Allah : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Ar-Ruum : 30).

Islam Menganjurkan Nikah, Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. 

Rasulullah SAW bersabda : ''Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi''. (HR. Thabrani dan Hakim).

Islam tidak menyukai membujang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata : ''Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras''. Dan beliau bersabda : ''Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat'' (HR.Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).

@didikpare

Happy New Year 1937H

Ass Wr Wb.
Para sahabat yang dirahmati Allah Swt.

Penggunaan kalender Islam, sepertinya masih sebatas pelengkap di negeri ini. Tak begitu mengherankan jika pergantian Tahun Baru Hijriah gregetnya masih kurang dirasakan di tengah masyarakat kebanyakan. Apalagi, masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim saja cenderung lebih "memiliki" Tahun Baru Masehi dibandingkan Tahun Baru Islam.
Karena itulah, pergantian Tahun Baru Hijriah perlu disongsong oleh umat Islam. Namun, bukan dalam arti hura-hura atau sebatas seremonial atau sejenisnya. Sebaliknya, momen tersebut harus diisi dengan adanya perubahan perilaku. Apalagi kan, kata hijrah itu mengandung arti perpindahan dari sesuatu ke sesuatu lain yang lebih baik.

Apalagi, lanjutnya, kalau mengacu pada hadis Rasul Muhammad saw yang menyebutkan barang siapa yang hari ini (amalnya) sama dengan hari kemarin maka dia merugi. Barang siapa yang (amalnya) hari ini lebih jelek dari kemarin, maka akan dilaknat, sedangkan yang disebut beruntung adalah mereka yang amalannya hari ini lebih baik dari amalan hari kemarin. "Ini berarti, kita harus terus berupaya agar setiap harinya harus lebih baik dari sebelumnya. Itu yang harus jadi dasar pemikiran pada pergantian Tahun Baru Hijriah ini."

Masyarakat kita ini nyaris melupakan perayaan Tahun Baru Islam. Karena tahun baru yang mereka ingat itu cenderung dimiliki oleh tahun Masehi. Padahal, tahun baru yang dimiliki umat Islam itu adalah Tahun Baru Madaniah. Karena itulah, kesadaran masyarakat tentang Tahun Baru Islam harus dibangkitkan. "Untuk itu, yang harus diingatkan kepada umat bahwa kita mempunyai Tahun Baru Hijriah yang harus diperingati secara besar-besaran. Namun, besar-besaran dalam hal ini adalah semangatnya, bukan hura-huranya."

Karena itulah, perayaan Tahun Baru Islam ini hendaknya diselenggarakan oleh setiap dewan masjid dalam rangka syiar Islam dan membangkitkan semangat umat untuk mengingat sejarah. Apalagi, Tahun Baru Islam merupakan sejarah bagi kebangkitan Islam. Sejarah itu dimulai ketika Nabi Muhammad saw hijrah dari Mekah ke Madinah dengan membangun Masjid Kuba dan Madinah. Kemudian, memfungsikan masjid itu sebagai tempat kehidupan umat, baik itu untuk ibadah ritual atau pun sosial.

Untuk membangkitkan kembali semangat umat tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain meningkatkan fondasi keimanan umat itu sendiri. Semakin kuat fondasi iman seseorang maka akan menciptakan kesalehan ritual dalam kehidupan sehari-harinya.

Kesalehan ritual ini harus pula direfleksikan dalam hubungan antarmanusia (hablumminannas) sehingga akan menciptakan apa yang disebut kesalehan sosial di tengah masyarakat. Kesalehan sosial ini akan tercermin pada ahlakul karimah yang diperlihatkan masing-masing orang.

Selain itu, pergantian tahun ini harus dijadikan semangat untuk introspeksi diri, mengganti kejelekan dengan kebaikan, tingkatkan etos kerja dan menumbuhkan semangat untuk maju. Dalam kehidupan rutin (sehari-hari), norma dan "bahasa" agama harus menyatu dengan kehidupan alamiah.


Semoga Beerrrmanfa'at
Wass

@didikpare

StandUp Comedy : Genre yang sedang naik daun


StandUp Academy Indosiar Sebuah Koalisi dan Fusi ‘The Television Type’ Teori Kultivasi


Sebuah gelaran comedy dengan genre StandUp Comedy mengusung nama StandUp Acedemy telah selesai digelar di televisi Indosiar, dalam gelaran ini diawali dengan pemilihan talent atau bisa disebut dengan Audisi kemudian diadakan pelatihan dan dilanjutkan dengan penampilan melalui layar kaca dengan menggunakan sistim kompetisi penuh. StandUp Academy tergolong sebuah mata acara yang mempunyai akselerasi yang sangat bagus dimana dalam 24 episode dibuka dengan share di angka belasan (eps. 1) dan ditutup dengan megah dengan rating/share yang membanggakan yaitu 6,4/34,4 yang sekaligus ikut menghantar Indiosiar menjadi TV Nomor 1.

Dalam perkembangan acara komedi di Indonesia dalam sajiannya sering menggunakan teori Fusi yaitu memadukan beberapa kelompok comedian maupun perorangan kemudian di blend hingga benar2 menyatu dan memunculkan sesuatu yang baru dan hilanglah elemen elemen kelompok maupun perorangan tersebut, sebagai misal kelompok Srimulat digabung dengan comedian lain maka ngeblend jadilah Ketoprak Humor, kemudian Sule, Parto, Andre Taulany dan Azis Gagab ngeblend menjadi OVJ.

Lain halnya dengan StandUp Academy Indosiar tidak melakukan Fusi namun sebatas Koalisi yang mana elemen elemen yang ada tidak hilang, mereka tetap ada dengan nama, gaya dan kapasitas masing masing , dengan tetap eksisnya mereka ini justru membuat acara ini menjadi lebih menarik karena bisa menampilkan beragam cara dan gaya comedy, jadi tidak hanya menjual StandUp Comedy Saja namun ada elemen elemen lain yg menonjol yaitu elemen Host yang di gawangi Oleh Gading Martin, Andhika dan Gilang Dirga, Elemen Juri yang diisi oleh Abdel, Eko Patrio, Radityadika, Soimah dan beberapa Juri tamu secara bergantian dan ada pula elemen Mentor yang merupakan praktisi StandUp Comedy yang terdiri dari Arief Didu, Isman Hs, Daned, Mosidik dan Gilang Bhaskara.

Dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik yang saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatic (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya.

Dengan kenyataan yang ada pada StandUp Academy ini dengan akselerasi dan perolehan Rating dan Share yang tergolong cepat dan tinggi maka bolehlah berprasangka bahwa StandUp Academy telah mampu mematahkan sebagian teori kultivasi yaitu 2 dua karakteristik penonton televisi yang bertolak belakang yaitu heavy viewers dan light viewers telah ngeblend dan duduk bareng dalam ruang ‘the television type”. (@didikpare)


Sebuah gelaran comedy dengan genre StandUp Comedy mengusung nama StandUp Acedemy telah selesai digelar di televisi Indosiar, dalam gelaran ini diawali dengan pemilihan talent atau bisa disebut dengan Audisi kemudian diadakan pelatihan dan dilanjutkan dengan penampilan melalui layar kaca dengan menggunakan sistim kompetisi penuh. StandUp Academy tergolong sebuah mata acara yang mempunyai akselerasi yang sangat bagus dimana dalam 24 episode dibuka dengan share di angka belasan (eps. 1) dan ditutup dengan megah dengan rating/share yang membanggakan yaitu 6,4/34,4 yang sekaligus ikut menghantar Indiosiar menjadi TV Nomor 1. Dalam perkembangan acara komedi di Indonesia dalam sajiannya sering menggunakan teori Fusi yaitu memadukan beberapa kelompok comedian maupun perorangan kemudian di blend hingga benar2 menyatu dan memunculkan sesuatu yang baru dan hilanglah elemen elemen kelompok maupun perorangan tersebut, sebagai misal kelompok Srimulat digabung dengan comedian lain maka ngeblend jadilah Ketoprak Humor, kemudian Sule, Parto, Andre Taulany dan Azis Gagab ngeblend menjadi OVJ. Lain halnya dengan StandUp Academy Indosiar tidak melakukan Fusi namun sebatas Koalisi yang mana elemen elemen yang ada tidak hilang, mereka tetap ada dengan nama, gaya dan kapasitas masing masing , dengan tetap eksisnya mereka ini justru membuat acara ini menjadi lebih menarik karena bisa menampilkan beragam cara dan gaya comedy, jadi tidak hanya menjual StandUp Comedy Saja namun ada elemen elemen lain yg menonjol yaitu elemen Host yang di gawangi Oleh Gading Martin, Andhika dan Gilang Dirga, Elemen Juri yang diisi oleh Abdel, Eko Patrio, Radityadika, Soimah dan beberapa Juri tamu secara bergantian dan ada pula elemen Mentor yang merupakan praktisi StandUp Comedy yang terdiri dari Arief Didu, Isman Hs, Daned, Mosidik dan Gilang Bhaskara. Dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik yang saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatic (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/didikya/standup-academy-indosiar-sebuah-koalisi-dan-fusi-the-television-type-teori-kultivasi_5647dccecf7e617d0e3fb9da
Sebuah gelaran comedy dengan genre StandUp Comedy mengusung nama StandUp Acedemy telah selesai digelar di televisi Indosiar, dalam gelaran ini diawali dengan pemilihan talent atau bisa disebut dengan Audisi kemudian diadakan pelatihan dan dilanjutkan dengan penampilan melalui layar kaca dengan menggunakan sistim kompetisi penuh. StandUp Academy tergolong sebuah mata acara yang mempunyai akselerasi yang sangat bagus dimana dalam 24 episode dibuka dengan share di angka belasan (eps. 1) dan ditutup dengan megah dengan rating/share yang membanggakan yaitu 6,4/34,4 yang sekaligus ikut menghantar Indiosiar menjadi TV Nomor 1. Dalam perkembangan acara komedi di Indonesia dalam sajiannya sering menggunakan teori Fusi yaitu memadukan beberapa kelompok comedian maupun perorangan kemudian di blend hingga benar2 menyatu dan memunculkan sesuatu yang baru dan hilanglah elemen elemen kelompok maupun perorangan tersebut, sebagai misal kelompok Srimulat digabung dengan comedian lain maka ngeblend jadilah Ketoprak Humor, kemudian Sule, Parto, Andre Taulany dan Azis Gagab ngeblend menjadi OVJ. Lain halnya dengan StandUp Academy Indosiar tidak melakukan Fusi namun sebatas Koalisi yang mana elemen elemen yang ada tidak hilang, mereka tetap ada dengan nama, gaya dan kapasitas masing masing , dengan tetap eksisnya mereka ini justru membuat acara ini menjadi lebih menarik karena bisa menampilkan beragam cara dan gaya comedy, jadi tidak hanya menjual StandUp Comedy Saja namun ada elemen elemen lain yg menonjol yaitu elemen Host yang di gawangi Oleh Gading Martin, Andhika dan Gilang Dirga, Elemen Juri yang diisi oleh Abdel, Eko Patrio, Radityadika, Soimah dan beberapa Juri tamu secara bergantian dan ada pula elemen Mentor yang merupakan praktisi StandUp Comedy yang terdiri dari Arief Didu, Isman Hs, Daned, Mosidik dan Gilang Bhaskara. Dalam Teori Kultivasi dijelaskan bahwa pada dasarnya ada 2 (dua) tipe penonton televisi yang mempunyai karakteristik yang saling bertentangan/bertolak belakang, yaitu (1) para pecandu/penonton fanatic (heavy viewers) adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam setiap harinya. Kelompok penonton ini sering juga disebut sebagai khalayak ‘the television type”, serta 2 (dua) adalah penonton biasa (light viewers), yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. Dan teori kultivasi ini berlaku terhadap para pecandu / penonton fanatik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Dengan kenyataan yang ada pada StandUp Academy ini dengan akselerasi dan perolehan Rating dan Share yang tergolong cepat dan tinggi maka bolehlah berprasangka bahwa StandUp Academy telah mampu mematahkan sebagian teori kultivasi yaitu 2 dua karakteristik penonton televisi yang bertolak belakang yaitu heavy viewers dan light viewers telah ngeblend dan duduk bareng dalam ruang ‘the television type”. (@didikpare)

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/didikya/standup-academy-indosiar-sebuah-koalisi-dan-fusi-the-television-type-teori-kultivasi_5647dccecf7e617d0e3fb9da
StandUp Academy Indosiar Sebuah Koalisi dan Fusi ‘The Television Type’ Teori Kultivasi

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/didikya/standup-academy-indosiar-sebuah-koalisi-dan-fusi-the-television-type-teori-kultivasi_5647dccecf7e617d0e3fb9da
StandUp Academy Indosiar Sebuah Koalisi dan Fusi ‘The Television Type’ Teori Kultivasi

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/didikya/standup-academy-indosiar-sebuah-koalisi-dan-fusi-the-television-type-teori-kultivasi_5647dccecf7e617d0e3fb9da
StandUp Academy Indosiar Sebuah Koalisi dan Fusi ‘The Television Type’ Teori Kultivasi

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/didikya/standup-academy-indosiar-sebuah-koalisi-dan-fusi-the-television-type-teori-kultivasi_5647dccecf7e617d0e3fb9da